Belenggu
Sampul cetakan ke-21
PENDAHULUAN
Identitas Buku :
Pengarang : Armijn Pane
Penerbit : Poedjangga Baroe (Dian Rakyat)
Tanggal rilis : 1940
Halaman : 150 (cetakan ke-21)
ISBN : 979-523-048-8 (cetakan ke-21)
Belenggu merupakan salah satu novel Indonesia
oleh Armijn Pane. Diilhami oleh teori psikoanalisis milik
Sigmund Freud, novel ini menceritakan cinta segitiga antara seorang
dokter, istrinya, dan temannya; cinta segitiga ini akhirnya membuat semua
mereka kehilangan orang yang paling dicintai. Setelah diselesaikan, Belenggu di
tawarkan kepada Balai Pustaka, penerbit resmi negara Hindia Belanda, pada tahun
1938. Namun, buku ini ditolak karena dianggap tidak bermoral. Novel ini
kemudian diambil
oleh majalah Poedjangga Baroe, yang Armijn telah bantu mendirikan pada tahun
1933, dan diterbitkan dalam bentuk serial dari bulan April sampai Juni 1940.
Belenggu merupakan
satu-satunya novel yang diterbitkan majalah tersebut dan novel psikologis
Indonesia pertama.
Pada tahun
1965, Belenggu diterjemahkan ke bahasa Malaysia. Sampai pada tahun 1988, novel
ini sudah terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan, pada tahun 1989,
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John McGlynn dengan judul Shackles,
lalu diterbitkan Yayasan Lontar.
Dasar-dasar cerita Belenggu sudah wujud dalam
dua cerpen yang ditulis Armijn sebelumnya, yaitu "Barang Tiada
Berharga" (1935) dan "Lupa" (1936). Novel yang dihasilkan, yang
ditulis untuk mencerminkan aliran pikiran manusia dan dengan menggunakan tanda
elipsis dan monolog untuk mewujudkan konflik batin, sangat berbeda daripada
karya-karya sebelumnya. Dibanding karya sastra Indonesia sebelumnya, yang
terbatas pada tema tradisional seperti "yang baik melawan yang
jahat", Belenggu mengutamakan konflik psikis tokoh. Novel ini juga
menunjukkan kalau sifat modern dan tradisional itu sebenarnya berlawanan.
Pada awalnya, penerimaan Belenggu oleh
masyarakat cukup beragam. Pihak yang mendukungnya beranggapan bahwa novel ini
benar-benar mencerminkan konflik yang dihadapi para intelektual Indonesia,
sementara yang menolak beranggapan bahwa novel ini porno karena memasukkan
tokoh tunasusila dan tema perselingkuhan. Tanggapan sekarang lebih positif,
dengan penulis Muhammad Balfas menyebutnya "novel Indonesia terbaik dari
sebelum perang kemerdekaan". Belenggu sudah diterjemahan dalam berbagai
bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Berbeda dari penulis novel Balai Pustaka,
Armijn tidak menggunakan peribahasa; dia lebih menekankan penggunaan simile.
Cara lain yang menunjukkan perbedaan gaya tulis Armijn dengan penulis-penulis
Balai Pustaka ialah dengan membatasi penggunaan bahasa Belanda murni;
sebelumnya penulis seperti Abdul Muis dan Sutan Takdir Alisjahbana menggunakan
bahasa kolonialis itu untuk menggambarkan sifat tokoh utama yang intelektual. Sementara,
dalam Belenggu Armijn menekankan bahasa serapan, sehingga edisi-edisi awal
memuat daftar istilah yang berisikan istilah-istilah yang baru atau sulit.
Siregar menulis bahwa bahasa Armijn lebih mencerminkan penggunaan bahasa
Indonesia sehari-hari
Menurut Teeuw, berbeda dari novel-novel
Indonesia pada masa itu, Belenggu tidak menggunakan tema protagonis yang baik
dan suci melawan antagonis yang jahat, atau konflik dan perbedaan antara
generasi. Novel ini juga tidak menggunakan tema kawin paksa dan tidak
diterimanya adat oleh pemuda-pemudi. Novel ini malah menggunakan tema cinta
segitiga yang pada saat itu sudah umum
di sastra Barat tapi belum ada di sastra Indonesia tanpa menunjukkan siapa yang
baik, jahat, benar, atau salah. Dia menulis kalau buku ini menggambarkan
konflik batin sejenis manusia baru, yang dibentuk karena persatuan budaya Timur
dan Barat.
Sinopsis
Novel Belenggu – Armijn Pane
Ringkasan
umum:
Sukartono (biasa dipanggil Tono) dan Sukartini
(biasa dipanggil Tini) merupakan pasangan suami istri yang tinggal di
Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta). Sukartono adalah seorang dokter
lulusan dari Geneskundige Hooge School (sekolah Dokter Betawi), Sumartini
adalah lulusan dari Lyceum (sekolah Menengah Atas Bandung). Sedangkan Rohayah (biasa
dipanggil Yah, Siti Hajati, Nyonya Eni) tinggal di Gang baru no.24 yang
merupakan tetangga Sukartono pada masa kanak-kanak di Bandung. Rohayah mengalami
nasib yang malang, karena orang tuanya meninggal dan dikawinkan secara paksa
dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Kemudian menjadi gundik Belanda dan akhirnya berprofesi sebagai seorang tunasusila.
Tapi sayang, pernikahan mereka tidak didasari
oleh cinta. Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta
mendampinginya sebagai seorang dokter. Sementara Sumartini menikahi Sukartono
karena dia pikir dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan bagi
dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Sukartono dan Sumartini tidak
saling berbicara dan bertukar pikiran. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak
hambar dan tidak harmonis. Mereka sering salah paham dan bertengkar.
Keadaan rumah tangga ini makin memburuk, karena
Sukartono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya waktu untuk
bersama Tini. Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan sosial,
sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin menjauh,
sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia menyiapkan makan
dan menunggu dia di rumah.
Tapi mereka punya argumen masingmasing.
Menurut Tono dia melakukan tugas dokter dengan tulus, menolong banyak orang,
bekerja siang malam, dan bahkan bersedia tidak dibayar. Tapi menurut Tini,
Sukartono tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang suami begitu pula sebaliknya.
Hasilnya, mereka sering bertengkar. Masingmasing tidak mau mengalah dan merasa
paling benar.
Suatu ketika, ada seorang pasien wanita bernama
Nyonya Eni yang mengaku sakit keras memanggil Dokter Sukartono. Wanita itu
meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono
pun datang ke hotel tersebut.
Setibanya di hotel, Sukartono merasa terkejut
sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah
dikenalnya sejak kecil. Yah adalah teman sekelasnya sewaktu masih bersekolah di
Sekolah Rakyat. Mereka lalu bercerita tentang pengalaman hidup masingmasing.
Yah mengatakan dia sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak
tahan hidup di Palembang bersama suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri
ke Jakarta. Selama tiga tahun dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita
panggilan simpanan pria Belanda.
Sukartono juga bercerita bahwa setelah tamat
sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah
kedokteran di sana. Dia menikah dengan Tini karena kecantikannya. Juga
terungkap bahwa Rohayah secara diamdiam sudah sejak kecil mencintai Dokter
Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah
sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya, dia
menghubungi Dokter Sukartono dengan berpurapura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada
saat itu juga, Yah menggodanya. Dia sangat mahir dalam hal merayu lakilaki
karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta.
Akhirnya Sukartono dan Rohayah mulai bertemu
secara diamdiam dan sering pergi ke pelabuhan Tanjung Priok. Ketika Tini pergi
ke Surakarta untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk
hidup bersama Yah selama satu minggu.
Sukartono pun mulai tergoda akan rayuannya,
karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, dan Sukartono pun sering
mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya
yang kedua. Yah mampu memberikan banyak kasih sayang dan ketentraman yang
sangat dibutuhkan oleh Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya.
Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi
semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang tepat
untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.
Waktu terus berjalan. Pada suatu hari
Sukartnono yang merupakan penggemar musik keroncong, diminta menjadi juri suatu
lomba keroncong di Pasar Gambir. Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang
aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya tentang istri dokter itu.
Beberapa hari kemudian, Hartono mengunjungi
rumah Sukartono dan bertemu dengan Tini. Ternyata Tini pernah menjalin hubungan
dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka berhubungan seks. Tapi Hartono
kemudian memutuskan Tini dan meninggalkannya. Ternyata inilah masa lalu kelam
Sumartini.
Di lain pihak, lama kelamaan hubungan Yah
dengan Tono diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui
hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita
tersebut. Secara diamdiam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah menginap. Dia
berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya.
Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi
luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya tibatiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang
lembut dan ramah. Ironisnya Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum
menikah dengan Sukartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui bahwa
Yah tahu banyak masa lalu Tini yang kelam.Tini merasa malu kepada Yah. Dia
merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti
Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.
Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai
berintropeksi terhadap dirinya. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya.
Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Selama
ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri.
Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.
Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi
oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya
perceraian. Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah
sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu
menahannya. Akhirnya mereka bercerai. Tini lalu berpindah ke Surabaya dan
mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu.
Hati Sukartono bertambah sedih karena juga akan
ditinggal oleh Rohayah. Yah merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan
membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang tunasusila itu. Rohayah
akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah
piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono yaitu,
Siti Hajati.
Dalam
perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di
radio. Sekarang Tono ditinggal
sendiri di Jakarta dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi
kesepiannya. Dia juga mengisi harinya dengan membaca buku terutama buku
kebatinan.
Unsur
Intrinsik
·
Tema
Tema dalam novel Belenggu adalah percintaan. Novel ini
menceritakan tentang rumah tangga yang tidak harmonis dan berujung pada cinta
segitiga, perselingkuhan dan perceraian antara Sukartono, Sumartini, dan Rohayah.
·
Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju karena cerita dalam novel tersebut lebih bersifat
kronologis, artinya peristiwa satu diikuti oleh (yang menyebabkan) peristiwa
yang lainnya. Berikut pemaparannya.
1) Tahapan Awal / Tahap Perkenalan
Awal cerita dari novel belenggu tergambar dalam penggalan cerita di atas yaitu bahwa Tini sama sekali tidak peduli terhadap suaminya Sukartono. (halaman 19)
2) Tahapan Tengah
(Konflik-Komplikasi-Klimaks)
a) Konflik atau
Awal Masalah
Konflik yang terdapat dalam novel
belenggu yaitu ketika Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita
yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono
datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel
tersebut. Dan wanita tersebut bernama nyonya Eni. (halaman 20-21)
b) Komplikasi
Komplikasi yang terdapat dalam novel
belenggu yaitu ketika Tono mulai merasa rumah Yah adalah rumah keduanya, dan
cerita cinta segi tigapun di mulai pada saat itu (halaman 37)
c) Klimaks
Klimaks dari novel belenggu adalah
ketika Tini mulai mengetahui bahwa dalam rumah tangganya dengan Tono tertulis
cerita cinta segitiga dengan perempuan yang bernama Rohayah. Setelah itu Tini
mulai mencari tahu rumah dimana Yah tinggal dan datang ke rumah tersebut untuk
mencari tahu kebenarannya. (halaman
137)
3) Tahap Peleraian
Peleraian dimulai ketika Tini
bertatap muka dengan Yah. Perasaan dendamnya menjadi luluh, kebencian dan nafsu
amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagi wanita
panggilan ternyata mamilki sifat yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Tini merasa bahwa
selama ini dia telah banyak bersalah pada suaminya, dia tidak dapat berlaku
seperti Yah, sikap Yah sangat didambakan oleh Tono dan selama ini Tini tidak
bisa bersikap seperti itu kepada Tono. Sepulangnya dari hotel, Tini mulai
berintropeksi kepada dirinya sendiri. Dia sangat merasa bersalah kepada
suaminya dan ia menyadari bahwa dia belum bisa menjadi istri yang baik bagi
Tono. Tini merasa telah gagal menjadi seorang istri. (halaman 133- 136)
4) Tahapan Akhir /
Penyelesaian
Akhir cerita dalam novel belenggu yaitu
bahwa cerita cinta segitiga yang dialami Tono, Tini, dan Yah berakhir dengan
sebuah perceraian. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada sebuah
panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia dengan
kebahagiaan ataupun kesedihan padahal Armijn Pane sudah menyelesaikan
ceritanya. (halaman 136-150)
·
Tokoh
a.
Para Pelaku / Tokoh
1)
Dokter Sukartono (Tono)
Sukartono
(disingkat Tono) adalah seorang dokter yang merupakan suami Tini dan cinta Yah.
Dokter ini suka merawat pasien miskin tanpa memungut biaya, sehingga menjadi terkenal.
Dia juga penggemar berat lagu-lagu keroncong. Sewaktu dia masih di sekolah
kedokteran, dia lebih suka bernyanyi daripada belajar dan sampai sekarang ada
radio di ruang periksanya. Kegemarannya atas musik tradisional mencerminkan
keinginannya untuk mempunyai istri yang berwawasan tradisional untuk
menjaganya. Karena merasa tersiksa dari pernikahannya tanpa cinta dengan Tini,
dia jatuh hati pada Yah, sebab Yah dianggap lebih mampu menjadi istri
tradisional. Namun, akhirnya dia ditinggal sendiri.
2)
Sumartini (Tini)
Sumartini (disingkat Tini) adalah istri
Tono yang sangat modern. Waktu masih mahasiswi, dia sangat populer dan suka
berpesta. Pada masa itu, Tini menyerahkan keperawanannya kepada Hartono,
sehingga setelah dia diputuskan dia menjadi semakin tidak acuh pada keinginan
laki-laki. Setelah dinikahi Tono, Tini menjadi semakin kesepian dan mulai
bergerak di bidang sosial supaya hidupnya berarti. Ketika mengetahui
ketidaksetiaan Tono dan beranggapan bahwa Yah lebih cocok dengan suaminya, Tini
meninggalkan Tono dan pindah ke Surabaya.
Menurut Yoseph Yapi Taum, seorang dosen
di Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta, sikap tidak acu Tini adalah alasan
utama mengapa Tono menjadi tertarik pada Yah. Gaya hidup Tini, yang tidak
memasuki Tono, membuatnya berasa terasing dan mendorongnya untuk mencari wanita
yang lebih tradisional. Tham Seong Chee, seorang kritikus dari Singapura,
beranggapan bahwa Tini adalah tokoh yang lemah sebab dia tidak bisa mengambil
keputusan tanpa pengaruh luar, dan sampai kapan pun tidak mau menyelesaikan
masalahnya dengan Tono. Dia juga menyatakan kalau Tini dibatasi oleh nilainya
sendiri, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia pada
umumnya. Menurut penyair dan kritikus sastra Goenawan Mohamad, Tini didorong
oleh harapan suaminya akan istri yang tradisional.
3)
Siti Rohayah (Yah)
Rohayah (juga dikenal dengan nama
samaran Nyonya Eni dan Siti Hayati; disingkat Yah) adalah teman Tono dari
Sekolah Rakyat yang kemudian menjadi simpanannya; dia juga seorang penyanyi keroncong
terkemuka. Setelah Tono, yang lebih tua tiga tahun, lulus dari Sekolah Rakyat,
Yah dipaksakan untuk menikah dengan pria yang lebih tua 20 tahun dan dibawa ke
Palembang. Setelah melarikan diri, Yah kembali ke Bandung; akan tetapi, orang
tuanya sudah meninggal. Dia kemudian berpindah ke Batavia dan menjadi seorang
pelacur sekaligus penyanyi keroncong dengan nama samaran Siti Hayati. Ketika
mengetahui bahwa Tono telah menjadi dokter di Batavia, dia menggoda dokter itu.
Biarpun mereka saling jatuh cinta, Yah mengambil langkah untuk pergi sebab dia
takut Tono akan diremehkan apabila dia menikah dengan seorang mantan pelacur.
Yah berpindah ke Kaledonia Baru.
Tham beranggapan bahwa Yah sebenarnya
cocok menjadi istri Tono, sebab dia sudi menjadi istri tradisional. Namun, dia
tidak dapat menjalani hubungan tersebut karena dulu menjadi pelacur. Menurut
Tham, hal ini mencerminkan bahwa "moral dan nilai etis tidak mudah
dipahami intelek, akal, atau rasio". Goenawan beranggapan bahwa Yah
sebenarnya seorang fatalis, yang merendahkan diri dengan menyatakan bahwa ada
seribu perempuan di Tanjung Priok yang mempunyai cerita serupa. Dia juga
beranggapan bahwa tokoh tersebut menjadi mengharukan tanpa menjadi berlebihan.
Menurutnya, Yah adalah pelacur pertama yang digambarkan secara simpatetis dalam
suatu karya sastra Indonesia.
4)
Nyonya sutatmo
5)
Nyonya Aminah
6)
Putri Aminah
7)
Nyonya Rusdio
8)
Karno
9)
Hartono
10)
Mangunsucipto
11)
Abdul
12)
Mardani
b.
Watak / Penokohan
1)
Dokter Sukartono (Tono)
seorang dokter yang mempunyai
rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong.
Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.
Kata orang: “dia tiada mata
duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim
rekening.”
“tetapi,” kata seorang lagi,
“kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.” (halaman 25)
v Penyabar
“Mengapa tidak….” mulai terbit
marah Sukartono, tetapi dapat juga ditahannya,… (hal.18)
v Egois
(Tono beranggapan bahwa) Apa lagi
hak perempuan, lain dari memberi hati pada laki-laki? (hal.17)
v Penyayang
Dibelai-belai Sukartono kepala
Yah…
2) Sumartini (Tini)
perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas
bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal
waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah
seorang diri.
Watak tini pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut:
Karno tiada suka akan Tini, sebab
tini marah-marah saja, karena kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap
kali tiada salahnya sama sekali. (halaman 18)
3) Siti Rohayah (Yah)
perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi,
sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang secara
diam-diam mencintainya.
Siti Rohayah adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita yang
menggambarkan bahwa Yah adalah wanita nakal.
Perempun itu mengigit bibir,
seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata
Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”
4) Nyonya Rusdio
Watak nyonya rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai
mencairkan suasana, seperti nampak pada penggalan cerita berikut ini.
Sejurus kemudian percakapan
dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam
mendung, supaya terang cuaca.
5) Putri Aminah
Putri Aminah adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin mengetahui
urusan orang lain, seperti nampak pada penggalan crita berikut.
Putri Aminah tertarik pula hatinya
hendak berolok-olok, barangkali juga hendak mengulangi hal yang tadi, suka
hedak tah, mengapa Tini, kawannya itu demikian. Rahasia yang tersembunyi:
“benar-benarlah engkau dokter sejati. Cuma penyakit saja engkau perhatikan.
Tidak baca koran rupanya.
6) Karno
Karno adalah pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh terhadap
perintah tuannya, seperti nampak pada penggalan
cerita berikut.
Karno, bujangnya, masuk membawa
valies tempat perkakas doketer Sukartono.
c.
Jenis Tokoh
Tokoh merupakan bagian struktural fiksi
yang melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel
belenggu beserta pengklasifikasiaan tokohnya.
1) Dokter Sukartono (Tono)
Tono merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini
mengambil bagian terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting dalam novel
belenggu, serta tokoh ini sering ditampikan dan mendominasi cerita dalam novel
belenggu ini. Tokoh ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan.
2) Sumartini (Tini)
Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian
terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh penting dalam
cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini.
3) Siti Rohayah (Yah)
Seperti halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang
mendominasi cerita dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh penting
dalam cerita karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa.
4) Nyonya sutatmo
Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan
dengan tokoh utama.
5) Nyonya Aminah
Nyonya Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh
ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
6) Nyonya Rusdio
Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh
ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
7) Karno
Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan
dengan tokoh utama.
8) Hartono
Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan
dengan tokoh utama.
9) Mangunsucipto
Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh
ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama.
10) Abdul
Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya
muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan
tokoh utama.
11) Mardani
Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini
hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan
tokoh utama.
·
Latar
1) Latar
Tempat
Latar tempat dalam novel belenggu
yaitu:
a) Rumah, berikut penggalan ceritanya.
Seperti biasa, setibanya di rumah
lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, di
bawah tempat telepon.(halaman 15)
b) Hotel, berikut penggalan ceritanya.
Dokter Sukartono diam saja
sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran sedikit.
c) Sekolah, berikut penggalan ceritanya.
Waktu masih menuntut pelajaran di
sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter
Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia
tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau
banyak terlalai, (halaman 24)
d) Di rumah Rohayah,
sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis payah praktijk, Kartono
biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah
pula dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
e) Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia
terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang
gelap diatas air.
f) Tempat pertemuan komite bazaar, berikut pnggalan ceritanya.
Kalau dia tiba di tempat pertemuan komite bazar sudah ada
beberapa orang berhimpun bercakap-cakap orang terhenti
berkata-kata. (halaman 72)
g) Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong
perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah
hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan penonton.
h) Tengah jalan, berikut penggalan
ceritanya.
Kemudian di tengah jalan,
menggema lagi ingatan Tono:..... (halaman 82)
i) Solo, berikut penggalan ceritanya.
.....Peduli apa nyonya Rusdio,
turut-turut memikirkan keadaan Tono dan dia? Jangan berfikir, jangan berfikir,
gembira saja, tidak lama lagi, ke Solo.....(halaman 100)
j) Taman Sari, berikut penggalan
ceritanya.
....demikianlah tiga hari
kemudian, sampai ke telinga Tini cerita tentang Tono ke rumah Siti Haryati,
penyanyi keroncong, di Taman Sari. (halaman 137)
k) Surabaya, berikut penggalan ceritanya.
Sekarang sudah pasti: Tini akan
terus di Surabaya, bekerja seperti yang dicita-citakannya atau dia kembali,
pergaulan mereka akan seperti dulu, waktu baru kawin.(halaman 151)
l) New Caledonia, berikut penggalan
ceritanya.
Rohayah berbalik.... di sana
gelap, tapi semangatnya tahu, disanalah, lautan lepas, di sana dunia lain,
memang dunia baru, tapi sunyi... tono tidak ada di sana, di Noeuw Caledonia. (halaman 157)
2) Latar
Waktu
Latar waktu berkenaan dengan masalah apan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam fiksi. Berikut ini latar waktu yang terdapat
dalam novel belenggu.
a) ...hari
sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas dengan cepat di jalan di
muka rumah, suaranya masuk melintas dari jendela yang masih
terbuka. (halaman 26)
b) Sejak tadi pagi bekerja
keras, pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian. (halaman 94)
c) Malam hari, sebagai
contoh terdapat pada:
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu,
mukanya sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta
permisi pulang. Hari sudah pukul Sembilan malam.
3) Latar
Suasana
a. Jengkel,
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat:
“Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi,
pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
b.
Sedih,
Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan
sudah….. tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah…… kalimat
itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi bantal…….
Lama kelamaan dia tertidur.
c.
Marah,
“Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong belaka.Sangkaku engkau
jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil.
Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu………”
d. Bahagia
Hatinya senang, kemudian didalam mobil dengan
gembira dia mengisap serutunya, sambil di sudut tempat duduk. (halaman 19)
e. Romantis
Dipeluk oleh Sukartono tubuh Yah, katanya:
“Tetapi sejak ini, jangan ada orang lain lagi.” (halaman 38)
4) Latar
Sosial
Latar sosial, tempat
peristiwa terjadinya berada di lingkungan
kaum cendikiawan yakni seorang dokter. Selain itu, perselingkuhan merupakan
sesuatu yang tidak wajar di kalangan masyarakat, apalagi Sukartono berselingkuh
dengan Yah yang notabenenya adalah seorang perempuan yang nakal.
·
Sudut
Pandang
Dalam roman Belenggu, pengarang menggunakan sudut pandang orang ke-tiga.
Pengarang menggunkan nama orang sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku
sebagai tokoh. Dalam arti lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain,
bukan sebagai dirinya sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung
maupun tidak langung di dalam cerita itu.
·
Bahasa
1. Majas
Ø Personifikasi
• Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya,
memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam
air.(Belenggu, 2006:62)
• Dia merasa bimbang, pertanyaan yang
demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.(Belenggu, 2006:67)
• “Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak komplikasi.”(Belenggu,
2006:67)
• “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak
memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak,….”(Belenggu, 2006:73)
Ø Metafora
• ”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang Tini
susah diduga. Licin sebagai belut.(Belenggu, 2006:60)
• Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai,
berbahaya bagi kapal menghampirinya.(Belenggu, 2006:65)
• Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk
menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama sekali.(Belenggu,
2006:75)
• Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam
pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.(Belenggu, 2006:75)
Ø Hiperbola
• “Air mata yang membendung hatiku telah mengalir…… tidakah engkau ingat
Rohayah?”(Belenggu, 2006:48)
• Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.(Belenggu,
2006:48)
• Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela
binasa.(Belenggu, 2006:70)
• Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya
membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda
mobil, memutar roda biar cepat secepatnya.(Belenggu, 2006:73)
Ø Ironi
“Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka
juga.”(Belenggu, 2006:24)
• “Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni,
tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh.”
(Belenggu, 2006: 24)
• “Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?” (Belenggu, 2006: 42)
• “Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.” (Belenggu,
2006: 44)
• “ Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
(Belenggu, 2006: 48)
• “Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.” (Belenggu, 2006: 52)
2. Diksi
Ø Makan Angin :
jalan - jalan
Ø Air muka : kenangan
Ø Lagu lama : raut wajah
Ø Kerasan : merasa sennag disuatu tempat
·
Amanat
ü Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami
dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
ü Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas
utamanya dalam keluarga dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga
seorang suami harus selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding
kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.
ü Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga
harus didasari rasa cinta antar pasangan.
Etika Moral
·
Adat dan
kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Belenggu" sebagai berikut.
1. Perceraian karena mempunyai kekasih gelap
2. Pertengkaran dalam rumah tangga sudah biasa
karna masalah sepele
3. Memiliki Pasangan yang cantik adalah idaman
semua Pria
·
Etika moral yang dapat kita
temukan pada novel "Belenggu" sebagai berikut.
1. Istri harus bisa mengerti Suaminya, begitu
pula dengan Suami harus mengerti Istrinya
Sebaiknya dalam kehidupan berumah tangga
harus ada rasa saling menghormati satu sama lain agar tercipta rumah tangga
yang harmonis.
2. Agar terwujud Hubungan yang harmonis si
Sukartono dan Sumarti
Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga
mereka harus disertai rasa cinta antar sesama.
3. Menjadi Istri yang dapat membahagiakan
Suaminya
Source :
http://id.wikipedia.org/wiki/Belenggu_(novel)
http://ilhambloggerharusada.blogspot.com/2013/04/karakteristik-novel-azab-dan-sengsara.html
dll